Kalau ada yang bertanya, di mana tempat
liburan alternatif di Indonesia selain Bali dan Lombok? Jawaban saya adalah
Flores. Mengapa Flores? Flores adalah pulau dengan segala keunikan dan
keindahan di setiap jengkal tanahnya. Sesuai dengan namanya yang berarti bunga,
Flores memang sangat cantik seperti bunga. Dari barat ke timur, pulau yang
panjangnya sekitar 400 km ini benar-benar cantik menawan. Pulau ini “kaya
warna” dalam arti sesungguhnya, baik warna alam, penduduk maupun budayanya.
Mungkin tidak ada pulau atau tempat lain di dunia ini yang memiliki warna-warni
alam selengkap Flores. Merah, jingga, kuning, hijau, biru, coklat hingga merah
muda (pink) semua bisa Anda lihat di Flores.
Danau, pantai, sawah, hingga kawah gunung di Flores semuanya memiliki warna
yang unik, yang sulit atau bahkan tidak mungkin Anda jumpai di belahan bumi
mana pun.
Keajaiban warna alam Flores bisa Anda saksikan
dari ujung barat pulau di Labuan Bajo, sampai ujung timur pulau di Larantuka.
Berikut lima keajaiban warna alam Flores yang harus Anda lihat ketika Anda
berkunjung ke Flores. Tak masalah Anda memulai kunjungan dari arah barat
(Labuan Bajo) maupun dari arah timur (Maumere/Ende). Semuanya menawarkan pesona
yang sangat menarik. Sebagai Warga Negara Indonesia, sudah sepantasnya Anda
mendahulukan mengunjungi Flores daripada jalan-jalan jauh keluar negeri. Rugi
rasanya kalau Anda tidak melihat dengan mata kepala sendiri warna-warni alam
Flores, minimal sekali seumur hidup.
Pantai Merah (Pink Beach)
Bila Anda memulai kunjungan di Flores dari arah
barat (Labuan Bajo), keajaiban warna alam Flores pertama yang harus Anda lihat
adalah Pantai Merah (Pink Beach). Pantai Merah yang di kalangan turis asing disebut Pink Beach letaknya bukan di daratan Pulau
Flores, tetapi di Pulau Komodo. Untuk mencapai Pantai Merah, Anda harus menyewa
perahu atau speedboat dari Labuan Bajo, dengan lama
perjalanan sekitar satu sampai dua jam.
iink beach yang indah dengan pasirnya yang berwarna pink
Sesuai dengan namanya, hamparan pasir di
Pantai Merah berwarna merah muda (pink). Konon pantai berpasir pink hanya ada tujuh di dunia, salah
satunya di Pulau Komodo. Makanya, sebagai Warga Negara Indonesia, kita patut
berbangga hati memiliki pantai berpasir pink. Pasir pink ini terbentuk dari pecahan karang
berwarna merah. Sebenarnya, hewan laut sejenis amuba bernama Foraminifera yang
memproduksi warna merah pada karang tersebut. Dari kejauhan, pasir Pantai Merah
terlihat berwarna putih seperti pantai berpasir putih biasa. Namun, semakin
Anda mendekat, pasir pantai akan terlihat berwarna pink. Bila Anda
mengambil segenggam pasirnya, akan terlihat butir-butir pasir berwarna merah di
antara butiran pasir putih. Bila ombak menyapu pasir dan menariknya, maka warna
pasir tersebut berubah menjadi pink cerah. Benar-benar indah! Butiran
pasirnya sangat halus dan lembut,sehingga
sangat nyaman untuk berjemur atau berjalan di atasnya.
salah satu sudut pink beach yang memukau
Selain keindahan pasirnya, kecantikan panorama Pantai Merah juga
tak terbantahkan. Pantai ini dikelilingi bukit-bukit kecil dan pulau-pulau
mungil di sekitarnya. Air lautnya sangat jernih berwarna hijau toska. Dari
sudut mana pun Anda memotret Pantai Merah, Anda pasti akan mendapatkan foto
yang menawan. Selain berfoto, aktivitas yang bisa Anda lakukan di Pantai Merah
adalah berenang, berjemur, atau bermalas-malasan di pinggir pantai sambil membaca
buku. Bagi Anda penggemar diving (menyelam) dan snorkeling, Pantai
Merah adalah surganya. Keindahan bawah laut Pantai Merah sudah terkenal
kemana-mana. Terumbu karang di Pantai Merah sangat banyak jenisnya dan semua
dalam kondisi sehat. Mulai dari karang keras (hard corals) sampai karang lunak (soft
corals), semua ada di Pantai Merah. Warnanya pun bermacam-macam. Mulai
dari merah, kuning, hijau, biru, ungu, coklat hingga pink semua ada di sana.
Aneka biota laut cantik dan unik seperti ikan badut (clown fish), butterfly fish, parrot fish, dan bintang laut (star fish) bisa Anda jumpai dengan mudah di Pantai Merah. Singkatnya, Pantai
Merah adalah salah satu surga tersembunyi (hidden
paradise) yang
dimiliki Indonesia.
Bila Anda ingin menyelam (diving) ataupun snorkeling di Pantai Merah, Anda harus membawa peralatan sendiri karena di sana tidak ada tempat penyewaan peralatan diving dan snorkeling. Bila Anda malas membawa peralatandiving/snorkeling dari rumah, Anda tak perlu khawatir. Anda bisa menyewa peralatan tersebut di berbagai dive operator yang banyak terdapat di Labuan Bajo. Namun, satu hal yang perlu Anda ingat. Anda harus membawa perbekalan makanan dan minuman yang cukup karena di Pantai Merah tidak ada satu pun restoran ataupun warung.
Bila Anda ingin menyelam (diving) ataupun snorkeling di Pantai Merah, Anda harus membawa peralatan sendiri karena di sana tidak ada tempat penyewaan peralatan diving dan snorkeling. Bila Anda malas membawa peralatandiving/snorkeling dari rumah, Anda tak perlu khawatir. Anda bisa menyewa peralatan tersebut di berbagai dive operator yang banyak terdapat di Labuan Bajo. Namun, satu hal yang perlu Anda ingat. Anda harus membawa perbekalan makanan dan minuman yang cukup karena di Pantai Merah tidak ada satu pun restoran ataupun warung.
Sawah Laba-Laba atau Sawah Lodok (Spider-Web Ricefield)
Sawah terasering atau sawah datar yang menghampar luas sudah
sering kita lihat di berbagai penjuru Indonesia. Namun, bagaimana dengan sawah
yang berbentuk lingkaran dengan petak-petak sawah yang seperti jaring
laba-laba? Pernahkah Anda melihatnya? Jika belum, datanglah ke Desa Cara,
Kecamatan Cancar, Kabupaten Manggarai, Pulau Flores, Nusa Tenggara Timur. Di
desa yang letaknya sekitar 17 km sebelah barat Kota Ruteng ini, terdapat sawah
yang bentuknya sangat unik dan hanya ada satu-satunya di dunia, yaitu Sawah
Laba-laba. Penduduk setempat menyebutnya Sawah
Lodok, wisatawan asing menyebutnya Spider-Web
Ricefield. Konon, bentuk unik dan artistik persawahan itu mencerminkan
betapa kuatnya hubungan kekerabatan Masyarakat Cancar.
sawah lodok berbentuk sarang laba-laba
Lodok adalah
sistem pembagian tanah atau sawah adat di Desa Cara, Kecamatan Cancar,
Kabupaten Manggarai. Tanah/sawah adat di Desa Cara disebut Lingko. Cara pembagian sawah/lingko yang unik menjadikan sawah tersebut
berbentuk seperti jaring laba-laba. Proses pembagian sawah adat (lingko)
dimulai dari pusat sawah. Di pusat sawah ditanam sebatang kayu yang disebut Teno. Dinamakan Teno karena sepotong tiang itu diambil dari sejenis
pohon yang dinamakan Haju Teno
(Pohon Teno). Teno
merupakan titik pusat lingkaran tanah lingko. Dari Teno ditarik garis-garis
pembatas sawah (yang disebut Langang), sampai
ke batas terluar tanah lingko (yang disebut Cicing). Untuk
menentukan ukuran (luas) tanah di Sawah Lodok, Masyarakat Manggarai membaginya
berdasarkan Moso (satuan jari tangan) sebagai dasar pembagian awal. Besaran moso
pun sangat relatif, tergantung pada berapa jumlah warga yang akan menerima
pembagian lingko tersebut. Semakin banyak yang akan menerima, semakin kecil
ukuran moso, demikian pula sebaliknya, semakin sedikit jumlah penerima, semakin
besar ukuran moso. Selain itu, besarnya moso juga bergantung pada kedudukan
seseorang di desanya. Ada istilah moso
biasa (satu jari), moso kina (satu setengah jari), dan moso wase (tiga jari). Warga yang dianggap sebagai pemimpin (tua beo/golo)
atau tuan tanah (tua teno) biasanya mendapat moso wase (tiga jari), yang
merupakan ukuran paling besar. Sedangkan warga lainnya akan menerima moso biasa
(satu jari) atau moso kina (satu setengah jari).
Sawah Lodok ini letaknya di pinggir Jalan Raya Lintas Flores. Namun, dari pinggir jalan Anda tidak akan melihat keunikan sawah ini karena sawah ini nampak seperti sawah kebanyakan yang menghampar luas. Untuk bisa melihat keunikan Sawah Lodok, Anda harus membelokkan kendaraan Anda menuju Desa Cara dan mendaki sebuah bukit kecil, di dekat menara BTS provider telepon seluler. Dari puncak bukit tersebut, Anda baru bisa menyaksikan panorama menakjubkan Sawah Lodok, yang bentuknya seperti jaring laba-laba. Pada saat musim tanam, jaring laba-laba tersebut berwarna hijau menyejukkan mata. Sedangkan pada saat menjelang panen, jaring laba-laba tersebut berubah warna menjadi kuning kecoklatan. Inilah salah satu keunikan alam Flores yang tidak akan Anda temui di tempat lain.
Sawah Lodok ini letaknya di pinggir Jalan Raya Lintas Flores. Namun, dari pinggir jalan Anda tidak akan melihat keunikan sawah ini karena sawah ini nampak seperti sawah kebanyakan yang menghampar luas. Untuk bisa melihat keunikan Sawah Lodok, Anda harus membelokkan kendaraan Anda menuju Desa Cara dan mendaki sebuah bukit kecil, di dekat menara BTS provider telepon seluler. Dari puncak bukit tersebut, Anda baru bisa menyaksikan panorama menakjubkan Sawah Lodok, yang bentuknya seperti jaring laba-laba. Pada saat musim tanam, jaring laba-laba tersebut berwarna hijau menyejukkan mata. Sedangkan pada saat menjelang panen, jaring laba-laba tersebut berubah warna menjadi kuning kecoklatan. Inilah salah satu keunikan alam Flores yang tidak akan Anda temui di tempat lain.
Kawah Wawo Muda
Danau kawah berwarna hijau, mungkin sudah biasa dan banyak ditemui
di tempat lain. Lalu, bagaimana kalau danau kawah berwarna merah marun, kuning
atau coklat? Danau kawah tersebut hanya ada di Flores, yaitu Kawah Wawo Muda.
Kawah berwarna-warni cantik tersebut terletak di Dusun Ngoranale, Kelurahan
Susu, Kecamatan Bajawa, Kabupaten Ngada. Kawah Wawo Muda, sering disebut
sebagai “Mini Kelimutu” karena ukuran kawahnya yang lebih kecil dari Danau
Kawah Kelimutu, dan memiliki tiga buah kawah dengan warna yang berbeda-beda. Saat
saya berkunjung ke sana, tiga kawah Wawo Muda memiliki warna yang berbeda-beda,
yaitu merah kecoklatan, kuning, dan coklat.
dua kawah wawo muda yang berwana merah dan coklat
Kawah Wawo Muda memiliki cerita menarik. Kawah ini berada di
Gunung Wawo Muda yang letaknya tidak begitu jauh dari Kota Bajawa. Sebelum
meletus, Gunung Wawo Muda hanyalah gunung berapi biasa, dan tidak memiliki
kawah. Gunung ini juga tidak begitu tinggi (tingginya hanya 1.559 meter di atas
permukaan laut), sehingga tampak seperti bukit. Gunung Wawo Muda mulai menyita
perhatian masyarakat dan terkenal sampai ke mancanegara sejak meletus pada
tahun 2001. Saat itu, malam hari tanggal 11 Januari 2001, salah satu lereng
Gunung Wawo Muda meletus, dan mengagetkan Warga Kota Bajawa dan sekitarnya.
Letusan tadi disertai dengan gempa yang melenyapkan lereng gunung, yang dulunya
merupakan area perkebunan kopi. Akibat ledakan tersebut, terbentuklah beberapa
kawah dengan air kawah yang berwarna-warni. Dari keterangan petugas hotel
tempat saya menginap, setelah meletus terbentuk lima kawah dengan warna merah
marun di lereng Gunung Wawo Muda. Salah satu kawah berukuran besar dan
kawah-kawah lainnya berukuran lebih kecil. Warna air kawah tersebut kerap
berubah-ubah seiring perjalanan waktu. Saat ini, kawah di Gunung Wawo Muda
tinggal tersisa tiga buah. Tiga kawah tersebut memiliki warna yang
berbeda-beda, yaitu merah kecoklatan, kuning, dan coklat. Menurut para ahli,
perubahan warna air kawah tersebut adalah akibat perubahan kandungan mineral
dalam air kawah dan bebatuan di sekitarnya.
Pantai Batu Hijau (Green Stone Beach)
Dari Kawah Wawo Muda di Bajawa, lanjutkan perjalanan Anda ke arah
timur menuju Pantai Batu Hijau, yang berada di wilayah Kabupaten Ende. Kalau di
tempat lain ada pantai berpasir hitam, pantai berpasir putih, pantai berbatu
atau pantai berlumpur, mungkin hanya di Flores kita dapat menemukan pantai
berbatu hijau. Wisatawan biasanya menyebut pantai ini sebagai Pantai Batu Biru (Blue Stone Beach), tapi penduduk setempat
menyebutnya sebagai Pantai Batu Hijau. Sebenarnya ada berbagai warna batu di
pantai ini, mulai dari putih, coklat, krem, hijau, biru hingga ungu. Namun,
yang paling banyak adalah batu berwarna hijau. Karena itulah pantai yang berada
di Desa Penggajawa, Kecamatan Nangapanda, Kabupaten Ende, Nusa Tenggara Timur
ini dinamakan Pantai Batu Hijau.
hamparan batu hijau di pantai batu hijau
Ketika melakukan perjalanan dari Ende menuju Bajawa (atau
sebaliknya), Anda akan bertemu Pantai Batu Hijau ini. Begitu memasuki Desa
Penggajawa (sekitar 23 km dari pusat Kota Ende), Anda akan mulai melihat
tumpukan batu berwarna-warni (dengan warna dominan hijau), di pinggir jalan.
Semakin ke barat, tumpukan batu terlihat semakin banyak. Di beberapa tempat,
batu-batu tersebut sudah dimasukkan ke dalam karung-karung kecil berwarna
putih. Selanjutnya, Anda akan bertemu dengan pantai berpasir hitam dengan
hamparan batu berwarna dominan hijau di sebelah kiri Anda (bila Anda datang
dari arah Ende). Air lautnya berwarna hijau menawan. Itulah Pantai Batu Hijau.
Satu-satunya pantai yang memiliki batuan berwarna hijau di Indonesia bahkan di
dunia.
Kalau di pekarangan rumah Anda terdapat batu-batu kecil berwarna hijau atau biru, bisa jadi batu-batu tersebut berasal dari Pantai Batu Hijau. Setiap harinya, penduduk sekitar pantai yang kebanyakan kaum perempuan, bekerja mengumpulkan batu-batu hijau di pantai. Untuk mendapatkan batu-batu yang berkualitas, para penambang batu harus bersusah-payah, menggali pasir sampai kedalaman satu meter. Setelah terkumpul banyak, batu-batu tersebut dimasukkan ke dalam karung-karung kecil dan diletakkan di pinggir jalan, untuk selanjutnya dijual ke penadah. Dari tangan penadah, batu-batu tersebut disebarluaskan ke berbagai kota di Indonesia. Menurut seorang ibu yang sempat saya jumpai di Pantai Batu Hijau, batu-batu cantik tersebut hanya dihargai Rp 8.000,00 per karung kecil. Padahal satu karung kecil batu, beratnya lebih dari 10 kg kilogram. Harga yang sangat murah untuk batu-batu yang sangat cantik. Padahal, kalau sudah masuk toko bahan bangunan, harga batu-batu tersebut akan membengkak puluhan kali lipat. Satu lagi, bukti keajaiaban warna alam Flores.
Kalau di pekarangan rumah Anda terdapat batu-batu kecil berwarna hijau atau biru, bisa jadi batu-batu tersebut berasal dari Pantai Batu Hijau. Setiap harinya, penduduk sekitar pantai yang kebanyakan kaum perempuan, bekerja mengumpulkan batu-batu hijau di pantai. Untuk mendapatkan batu-batu yang berkualitas, para penambang batu harus bersusah-payah, menggali pasir sampai kedalaman satu meter. Setelah terkumpul banyak, batu-batu tersebut dimasukkan ke dalam karung-karung kecil dan diletakkan di pinggir jalan, untuk selanjutnya dijual ke penadah. Dari tangan penadah, batu-batu tersebut disebarluaskan ke berbagai kota di Indonesia. Menurut seorang ibu yang sempat saya jumpai di Pantai Batu Hijau, batu-batu cantik tersebut hanya dihargai Rp 8.000,00 per karung kecil. Padahal satu karung kecil batu, beratnya lebih dari 10 kg kilogram. Harga yang sangat murah untuk batu-batu yang sangat cantik. Padahal, kalau sudah masuk toko bahan bangunan, harga batu-batu tersebut akan membengkak puluhan kali lipat. Satu lagi, bukti keajaiaban warna alam Flores.
Danau Kelimutu
Dari Pantai Batu HIjau lanjutkan perjalanan ke arah timur lagi
untuk menyaksikan keajaiban warna alam Flores yang lain, yaitu Danau Kelimutu.
Danau kawah yang berada di puncak Gunung Kelimutu ini sangat tersohor ke
mana-mana karena keunikan warna danau kawahnya, yang terdiri dari tiga danau
kawah dengan warna yang berbeda-beda dan selalu berubah-ubah seiring perjalanan
waktu. Danau Kelimutu terletak di Desa Koanara, Kecamatan Wolowaru, Kabupaten
Ende, Nusa Tenggara Timur. Desa terdekat dengan Danau Kelimutu adalah Dusun
Moni (Desa Koanara). Dari Ende ke Moni jaraknya sekitar 60 km atau sekitar 90
menit berkendara sedangkan dari Maumere jaraknya sekitar 80 km atau sekitar
tiga jam berkendara.
Kelimutu merupakan gabungan kata dari "keli" yang berarti gunung dan kata "mutu" yang berarti mendidih. Danau Kelimutu ditemukan oleh Van Suchtelen, pegawai Pemerintah Hindia Belanda pada tahun 1915. Keindahan Danau Kelimutu semakin dikenal masyarakat dunia setelah Y. Bouman, seorang turis dari Eropa, menulis artikel tentang Danau Kelimutu pada tahun 1929. Sejak saat itu, mulai banyak turis asing dan peneliti yang berdatangan ke Danau Kelimutu.
Kelimutu merupakan gabungan kata dari "keli" yang berarti gunung dan kata "mutu" yang berarti mendidih. Danau Kelimutu ditemukan oleh Van Suchtelen, pegawai Pemerintah Hindia Belanda pada tahun 1915. Keindahan Danau Kelimutu semakin dikenal masyarakat dunia setelah Y. Bouman, seorang turis dari Eropa, menulis artikel tentang Danau Kelimutu pada tahun 1929. Sejak saat itu, mulai banyak turis asing dan peneliti yang berdatangan ke Danau Kelimutu.
tiwu ata polo (depan/kanan) dan tampak
sedikit tiwu nua muri koo fai (kiri)
Danau Kelimutu berada di puncak Gunung Berapi Kelimutu yang
memiliki ketinggian 1.690 meter di atas permukaan laut. Luas ketiga Danau
Kelimutu sekitar 1.051.000 meter persegi dengan volume air 1.292 juta meter
kubik. Batas antar danau adalah dinding batu sempit yang mudah longsor. Dinding
ini sangat terjal dengan sudut kemiringan 70 derajat. Ketinggian dinding danau
berkisar antara 50 sampai 150 meter. Dulunya dinding pemisah tersebut cukup
lebar dan bisa dilewati orang. Sekarang, dinding pemisah tersebut sangat
tipis/sempit dan tidak bisa dilewati orang. Dengan posisi berdekatan, tidak
menutup kemungkinan kedua danau ini akan menyatu bila terjadi gempa bumi dengan
skala besar.
Menurut kepercayaan penduduk setempat, warna-warni Danau Kelimutu memiliki arti masing-masing dan memiliki kekuatan alam yang sangat dahsyat. Mereka percaya bahwa perubahan warna pada ketiga Danau Kelimutu merupakan isyarat atau pertanda akan terjadinya suatu peristiwa/bencana alam di negeri ini, seperti : gunung meletus, tanah longsor, kekeringan atau bencana alam lainnya. Mereka sudah hafal arti warna yang ditunjukkan oleh Danau Kelimutu. Misalnya : bila air Danau Tiwu Ata Polo berwana hijau lumut berarti akan ada warga sekitar yang meninggal dunia.
tiwu nua muri koo fai
Meski banyak ahli yang sudah melakukan
penelitian, sampai saat ini belum diketahui secara pasti apa penyebab perubahan
warna Danau Kelimutu. Sejumlah kalangan menduga, perubahan warna air di Danau
Kelimutu disebabkan oleh tekanan gas aktivitas vulkanik, pembiasan cahaya
matahari, adanya mikro biota air, kandungan zat kimia terlarut (garam, besi,
sulfat dan mineral lain), serta pantulan warna dinding dan dasar danau. Selain
itu, aktivitas kegempaan juga dapat mengubah warna kawah danau.
tiwu aka mbupu
Saat ini ketiga Danau Kelimutu meiliki warna yang berbeda, yaitu :
Tiwu Ata Polo berwarna hijau tua, Tiwu Nua Muri Koo Fai (yang paling besar)
berwarna hijau toska, dan Tiwu Ata Mbupu (yang paling kecil dan letaknya
terpisah jauh) berwarna hitam kelam. Tiwu Nua Muri Koo Fai dan Tiwu Ata Mbupu
warnanya relatif stabil yaitu hijau toska dan hitam kelam. Sedangkan Tiwu Ata
Polo paling cepat berubah. Menurut informasi penduduk setempat, selama tahun
2010 ini sudah terjadi tiga kali perubahan warna di Danau Tiwu Ata Polo, dari
coklat tua, hijau lumut, dan hijau tua. Pada tahun 2006, saat saya pertama kali
berkunjung ke Danau Kelimutu, Danau Tiwu Ata Polo berwarna coklat tua. Tiwu Ata
Polo merupakan tempat berkumpulnya arwah orang jahat (tukang tenung), Tiwu Nua
Muri Koo Fai merupakan tempat berkumpulnya arwah muda-mudi, dan Tiwu Ata Mbupu
merupakan tempat berkumpulnya arwah orang tua.
Getting There
Untuk mengunjungi Flores, Anda harus terbang menuju Denpasar atau
Kupang. Dari Denpasar/Kupang, lanjutkan perjalanan dengan pesawat menuju Labuan
Bajo (bila Anda ingin memulai perjalanan dari arah barat) Ende atau Maumere
(bila Anda ingin memulai perjalanan dari arah timur). Maskapai yang melayani
penerbangan ke dua kota tersebut, adalah Lion Air (www.lionair.co.id), Merpati
Air (www.merpati.co.id), dan Trans Nusa (www.transnusa.co.id). Untuk mencapai
Pantai Merah yang berada di Pulau Komodo, Anda harus menyewa perahu atau speedboat dari
Labuan Bajo, dengan lama perjalanan sekitar satu sampai dua jam. Sedangkan
untuk mencapai tempat-tempat lainnya, dari Labuan Bajo, Ende atau Maumere, Anda
tinggal melanjutkan perjalanan darat baik dengan kendaraan umum maupun menyewa
mobil. Sebaiknya Anda menyewa mobil karena kendaraan umum di Flores belum
menjangkau semua tempat wisata di sana dan waktu beroperasi kendaraan umum pun
sangat terbatas.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar